ORANG PILIHAN TIDAK MUNGKIN MURTAD!!!
Salah satu hal yang harus dipegang di dalam memahami
tulisan dalam Alkitab adalah Tulisan-tulisan di dalam Alkitab tidak mungkin
saling bertentangan (kontradiksi) sehingga bagian yang
bersifat implisit tidak boleh bertentangan dengan bagian yang bersifat eksplisit.
Berdasarkan patokan di atas saya akan membahas
bagian-bagian yang seolah-olah menyatakan orang pilihan Allah bisa murtad.
Alkitab sudah memberi kepastian bahwa orang pilihan Allah
tidak mungkin murtad atau orang pilihan pasti bertahan sampai kesudahan:
Yohanes 10:28
dan Aku memberikan
hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tangan-Ku.
Dari satu ayat ini saja Tuhan Yesus memberi jaminan akan
keselamatan orang pilihan sampai tiga kali:
Ia memberi hidup kekal. Apa artinya kekal? ya selama-lamanya,
bukan temporer. Kalau orang pilihan bisa murtad dan binasa, maka Tuhan Yesus
pasti tidak bilang “hidup kekal” tetapi “hidup sementara”
Orang pilihan pasti tidak binasa selama-lamanya. Nah, kalau
ternyata ada orang pilihan yang murtad dan binasa, itu berarti Tuhan Yesus
bohong, hal ini tidak mungkin.
Tidak ada seorangpun (termasuk diri kita sendiri) yang dapat
merebut orang pilihan dari tangan Tuhan Yesus.
Masakan kita tidak percaya dengan janji Tuhan Yesus yang
tanpa syarat ini?
Janji Tuhan Yesus di atas juga diteguhkan oleh Rasul Paulus
Roma 8: 38,39
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik
malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun
yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah,
ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih
Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Dari ayat di atas ternyata hidup kita setelah menjadi orang
percaya juga tidak bisa memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Tuhan Yesus.
Jelas, bahwa hidup yang kita jalani inipun tidak bisa membuat kita murtad.
Alkitab juga telah menyatakan bahwa orang yang “murtad”
memang bukan orang pilihan dan tidak pernah jadi orang pilihan.
I Yoh. 2:19 Memang
mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk
pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya
mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi
nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.
Jadi, pandangan yang menyatakan bahwa kalau ada orang
pilihan murtad, itu hanya membuktikan bahwa ia memang bukan orang pilihan, itu
bukan hanya pandangan tanpa dasar, tetapi pandangan yang SESUAI dengan ALKITAB,
atau ALKITABIAH.
Tuhan Yesus sudah menyatakan bahwa di dalam gereja akan ada
dua golongan yaitu Kristen Gandum (Kristen sejati) dan Kristen Ilalang (Kristen
tidak sejati). Sebelum hari penghakiman kita tidak bisa membedakan mana orang
kristen gandum dan mana yang kristen ilalang. Jadi kalau sebelum hari
penghakiman saja sudah murtad, jelas dia adalah kristen ilalang.
Berikut adalah orang-orang Kristen ilalang tetapi dianggap
Kristen gandum, dan orang yang tidak murtad dianggap murtad
1) Saul
Banyak orang menganggap Saul adalah orang pilihan (telah
diselamatkan) dengan bukti dia telah mendapat Roh Allah. Tetapi pendapat ini
tidak bisa diterima karena tugas Roh Kudus di PL dan PB berbeda. Pada jaman
Perjanjian Baru memang orang yang sudah memiliki Roh Kudus pasti adalah orang
kristen yang sejati. Tetapi pada jaman Perjanjian Lama Roh Kudus diberikan
hanya supaya orang yang bersangkutan bisa melakukan pelayanan / tanggung
jawabnya. Bdk. Kel 28:3 Kel 35:30-36:2 Bil 11:17 Bil
11:25-27. Karena Saul diangkat menjadi raja, maka Tuhan memberikan Roh Kudus
supaya ia bisa melakukan tanggung jawabnya. Tetapi setelah Saul jatuh ke dalam
dosa dan lalu ditolak oleh Tuhan sebagai raja, maka Roh Kudus itupun ditarik
kembali. Hal seperti ini (penarikan Roh Kudus) tidak mungkin terjadi dalam
jaman Perjanjian Baru, karena adanya janji Tuhan seperti dalam Yoh 14:16
Ibr 13:5.
Bahwa Saul bukanlah raja yang dikehendaki Tuhan, dan
diberikan untuk menghajar Israel yang memaksa meminta raja, terlihat dari
Hos 13:11 – “Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan
mengambilnya dalam gemasKu”.
2) Yudas Iskariot
Sama seperti Saul, Yudas juga banyak disangka orang sebagai
orang pilihan (diselamatkan) dengan alasan ia adalah salah satu dari murid
Yesus. Yang perlu diketahui ialah Alkitab secara eksplisit tidak pernah menyatakan
bahwa Yudas pernah percaya kepada Tuhan Yesus, dan Tuhan Yesus memilih Yudas
untuk diselamatkan.
Tetapi sebaliknya, Alkitab justru menggambarkan Yudas tidak
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya, dan bahwa Yudas dipilih
sebagai salah satu murid adalah untuk menggenapi rencana Allah yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Berikut adalah bukti-bukti dari pandangan di atas:
Yudas memanggil Yesus hanya dengan sebutan “Rabi”, dan tidak
pernah memanggil dengan sebutan Tuhan Jadi Yudas hanya mengganggap Yesus
sebagai guru dan pemimpin yang baik, bukan sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Berikut adalah bukti bahwa Yudas dipilih bukan karena
beriman tetapi semata-mata untuk menggenapi rencana Allah.
Yoh 6:64 – “Tetapi di antaramu ada yang tidak
percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan
siapa yang akan menyerahkan Dia”.
Yoh 6:70 – “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku
sendiri yang memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah
Iblis’”.
Yoh 13:10b-11 – “‘Juga kamu sudah bersih, hanya
tidak semua’. Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia
berkata: ‘Tidak semua kamu bersih’”.
Yoh 13:18 – “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku
tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan
rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”.
Yoh 12:6 yang menunjukkan bahwa pada waktu mengikut
Yesus, Yudas adalah seorang pencuri yang sering mencuri uang kas yang ia pegang.
Orang yang bisa mengusir setan dan melakukan mujizat juga
bukan jaminan bahwa dia adalah orang pilihan / kristen sejati. Bukankah Alkitab
justru memperingatkan kita bahwa pada akhir zaman ini nabi-nabi palsu akan
banyak melakukan mijizat yang dahsyat dan mengusir setan? Apakah dengan
demikian nabi paslu itu adalah orang kristen? Tidak bukan?
Jadi, Saul dan Yudas adalah orang-orang bukan pilihan Allah
yang “dipakai” Allah untuk menggenapi rencana-Nya.
3) Ananias dan Safira
Informasi tentang Ananias dan Safira hanya dijumpai di Kis
5: 1 -11. Di bagian itupun Alkitab secara eksplisit tidak menyatakan apakah
mereka orang pilihan atau bukan, dan apakah mereka murtad atau tidak, sehingga
untuk menyimpulkan apakah mereka benar-benar orang pilihan atau apakah mereka
benar-benar murtad perlu didukung oleh bagian Alkitab yang lainnya.
Menurut saya ada dua kemungkinan tentang Ananias dan Safira.
1) Mereka adalah orang Kristen KTP / Ilalang
Kesalahan banyak orang adalah ketika mereka mengganggap
orang yang ke gereja atau menjadi anggota gereja atau berKTP Kristen PASTI
orang Kristen sejati / kristen gandum / orang pilihan. Perbuatan Ananias
menjual sebidang tanah bukan didasarkan karena ingin mempersembahkan kepada
Tuhan, tetapi semata-mata karena ingin mendapat pujian dan penghargaan dari
orang lain, dan juga ikut-ikutan “trend” pada saat itu. Ananias dan Safira
setype dengan orang-orang yang bersorak “Hasana Anak Daud” ketika Yesus masuk
ke Yerusalem dan akhirya juga ikut-ikutan orang banyak berteriak “Salibkan
Dia”.
Mendustai Roh Kudus juga tidak bisa dijadikan indikasi bahwa
mereka pernah kepenuhan Roh Kudus, karena “mendustai Roh Kudus” dimaksudkan
bahwa mereka bisa saja menipu manusia, tetapi tidak mungkin dapat menipu Allah.
Nah, kalau mereka tidak pernah jadi orang pilihan Allah,
maka mereka juga tidak bisa dikatakan murtad.
2). Mereka adalah orang pilihan
Mungkin saja, Ananias dan Safira adalah orang pilihan Allah
/ Kristen sejati, sekalipun mereka telah melakukan kesalahan dengan mencoba
menipu para Rasul dan sekaligus menipu Allah ( saya tidak setuju kalau
“mendustai Roh Kudus” disini disamakan dengan “menghujat Roh Kudus”, karena
konteksnya jelas sangat jauh berbeda )
Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa yang sudah jadi orang
pilihan Allah / orang Kristen sejati pasti tidak pernah lagi berbuat kesalahan
atau dosa, dan tidak murkai oleh Allah. Israel adalah bangsa pilihan Allah,
tetapi sering memberontak dan dimurkai oleh Allah. Dihajar dan dimurkai Allah
bukanlah tanda bahwa orang itu pasti telah murtad
4) Himeneus &
Aleksander
Benarkah Himeneus dan Aleksander murtad?
Untuk menyelidikinya dibutuhkan konteks dan keterangan dari
bagian lain dalam Alkitab.
Menurut konteksnya Himeneus dan Aleksander adalah contoh
orang beriman yang melayani Tuhan bukan dengan hati nurani yang murni. Mungkin
mereka melayani Allah dengan motivasi yang salah dan untuk kepentingan diri
sendiri. Sebagai akibatnya iman mereka kandas. Kandas iman bukan jangan
diartikan sebagai tidak beriman lagi. Itu kesimpulan yang terlalu dini.
Kata “kandas” berasal dari kata Yunani “nauageo” yang
berarti “karam (untuk kapal)”. Kata ini hanya dipakai 2X dalam Alkitab yaitu di
1 Tim 1: 29 ini dan di 2 Kor 11: 25. Kapal karam berarti kapal itu tidak
lagi bisa berlayar sebagaimana mestinya. Kapal itu masih ada, tidak
musnah. Demikian juga dengan Himeneus dan Aleksander, mereka masih
beriman tetapi imannya tidak bertumbuh lagi. Dan lagi, kata kerja yang
digunakan oleh Paulus adalah kata kerja kala Aorist yang menunjukkan bahwa
perbuatan itu tidak dilakukan terus menerus, jadi masih ada kemungkinan untuk
berubah.
Nah, orang-orang seperti mereka perlu didisiplinkan, dan
Paulus mendisiplinkan mereka dengan menyerahkan kepada Iblis. Tujuan
menyerahkan kepada Iblis adalah agar roh mereka diselamatkan walaupun
tubuh mereka akan menderita bahkan binasa (bandingkan dengan 1 Kor 5 : 5)
Jadi, walaupun Himeneus dan Aleksander adalah contoh yang
tidak baik bagi orang beriman, mereka tetap diselamatkan.
6) Orang-orang yang
diumpamakan sebagai tanah yang berbatu-batu (Matius 14:14-17 dan yang paralel).
Kata “murtad” dalam bagian ini diambil dari kata Yunani “skandalizo”.
Dalam Alkitab terdapat 30 X, dan hanya 3 X diterjemahkan dengan “murtad”, yang
lainnya diterjemahkan dengan “menjadi kecewa dan menolak”, “tergoncang”, dan
sebagainya. Dilihat dari konteksnya, maka dalam bagian ini saya lebih cenderung
diterjemahkan sebagai “menjadi kecewa dan menolak”.
Dengan demikian orang-orang yang diumpakan sebagai tanah
yang berbatu-batu adalah orang yang pada mulanya senang menerima firman Tuhan (
mungkin karena ada janji kalau sakit pasti sembuh, miskin jadi kaya, ada banyak
mujizat dan sebagainya), tetapi karena dalam kehidupan sehari-hari tidak
demikian (ada penderitaan, dianiaya, dsb) membuat mereka kecewa dan akhirnya
menolak firman Tuhan tersebut. Mereka hanya sekedar tertarik firman Tuhan
dan belum mempercayainya dalam hati ( digambarkan sebagai tidak berakar).
Jadi, bagaimana mereka dapat dikatakan murtad (tidak beriman
lagi) kalau mereka sesungguhnya belum pernah beriman?
Ingat dalam Yehezkel 36: 26, orang beriman digambarkan
sebagai orang yang menghasilkan buah, dan dalam perumpamaan ini digambarkan
sebagai “tanah yang baik”.
7) I Tim 4: 1,2
Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu
kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat
dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati
nuraninya memakai cap mereka.
Ada beberapa kata di dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan
sebagai murtad di dalam Alkitab Bahasa Indonesia, diantaranya:
Scandalize ( Mat 13: 21), Apostasia ( 2 Tes 2: 3
), Arneomai ( I Tim 5:8), danAphistemi ( I Tim 4: 1). Nah, aphistemi ini
oleh LAI juga diterjemahkan sebagai mundur seperti di:
Lukas 4:13 Sesudah Iblis mengakhiri semua
pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
Kisah 22:29 Maka mereka yang harus menyesah dia,
segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa
Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum.
2 Korintus 12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga
kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
Kata-kata mundur pada ketiga ayat di atas berasal
dari kata yang sama dengan di I Tim 4: 1 yaitu aphistemi. Jelaslah
berdasar ketiga ayat di atas, kata mundur tidak dapat dikatakan sebagai
meninggalkan selamanya. Kata mundur di atas berarti meninggalkan sementara, dan
akan kembali lagi.
Dengan demikian kata “murtad” di I Tim 4: 1 juga harus
diartikan bahwa pada akhir zaman ini ada orang Kristen sejati akan “mundur”
dari imannya kepada Kristus, bahkan mungkin bisa ragu-ragu akan
keselamatannya. Tetapi semuanya itu hanya sementara. Mereka pasti akan kembali
ke imannya karena Tuhan tidak membiarkan orang benar jatuh dan tergeletak:
Mazmur 37:24 apabila ia jatuh, tidaklah
sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.
Dan lagi, bukankah Tuhan Yesus sudah membatasi upaya Iblis
untuk menyesatkan orang pilihan-Nya sedemikian rupa sehingga orang pilihan
tidak akan tersesat?
Matius 24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan
nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat
dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang
pilihan juga.
Jelaslah bahwa pengajar-pengajar sesat tidak mungkin
menyesatkan orang pilihannya. Kalau toh nampaknya ada orang Kristen sejati
mengikuti ajaran sesat, ia PASTI kembali ke ajaran yang sehat. Tuhan sudah
menjaminnya.
Oleh karena itulah, Timotius (dan kita) diberi tugas untuk
menentang ajaran-ajaran sesat dan mengingatkan orang Kristen sejati akan adanya
banyak ajaran-ajaran sesat yang membahayakan iman Kristen. Saya sendiri sudah
20 tahun jadi orang Kristen, tetapi baru akhir-akhir ini menemukan ajaran yang
sehat!.
Jadi, adanya kata murtad pada I Tim 4: 1 tidak menunjukkan
adanya orang percaya yang dapat kehilangan keselamatan. Ayat itu hanya
menunjukkan bahwa orang percayapun masih bisa mundur dan mengikuti ajaran
sesat, tetapi hanya untuk sementara dan mereka pasti kembali ke Tuhan
dengan cara dan kuasa Tuhan. (contoh Petrus).
Adanya Peringatan Jangan Murtad
Memberi peringatan kepada seseorang belum tentu karena orang
itu punya potensi untuk melakukan pelanggaran seperti yang diperingatkan,
tergantung keadaan orang yang diberi peringatan dan tujuan dari peringatan
tersebut.
Contoh nyata sebagai ilustrasi.
Saya punya siswa sebanyak tiga kelas. Kelas A adalah kelas
unggulan bersisi siswa-siswa yang rajin belajar sehingga nilai mereka
baik-baik, kelas B adalah kelas dengan siswa-siswa yang agak rajin belajar, dan
kelas C adalah kelas yang siswa-siswanya malas belajar. Begitu mereka menginjak
di kelas 3, saya dan teman-teman guru tidak henti-hentinya memperingatkan
mereka supaya tidak malas belajar karena ujian yang akan mereka hadapi
lebih berat dari sebelumnya. Apa yang terjadi? Siswa-siswa di kelas C, tetap
saja malas belajar, ya ada satu dua yang “bertobat” dan mau belajar. Tetapi di
kelas A, adanya peringatan tersebut justru membuat mereka semakin giat belajar
karena mereka tahu dan sadar kalau mereka tidak tambah giat belajar mereka bisa
tidak lulus.
Amsal 9:9 berilah orang bijak nasihat, maka ia
akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan
bertambah.
Amsal 17:10 Suatu hardikan lebih masuk pada orang
berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.
Jadi, adanya peringatan jangan murtad kepada orang benar /
beriman, bukan karena orang beriman itu bisa murtad, tetapi justru agar orang
beriman tersebut semakin setia dan bertanggung jawab. Karena dengan adanya
peringatan tersebut mereka semakin diteguhkan imannya bahwa jalan yang ditempuh
selama ini adalah benar dan tentu saja mereka juga rindu agar orang lain
juga mengikuti jalan yang ditempuhnya. INI BUKAN HAL YANG LUCU, tetapi
nyata dan ALKITABIAH.
Saya akan menunjukkan bahwa sekalipun Allah memperingatkan
umatnya untuk tidak tersesat dan tidak murtad, Allah selalu mengkofirmasikan
bahwa umatnya tersebut tidak akan tersesat dan murtad!
a) Dalam 2 Tes 2: 3 Rasul Paulus
memperingatkan kepada jemaat di Tesalonika supaya jangan disesatkan, karena
akan banyak pemurtadan (penolakan terhadap agama) ..
Tetapi, dalam ayat 13,14 Rasul Paulus
mengucap syukur kepada Allah karena sebagai umat pilihan Allah mereka akan
tetap selamat dan memperoleh kemuliaan Kristus, sehingga pada ayat 15,
Rasul Paulus meminta mereka untuk tetap berdiri teguh dan berpegang pada ajaran
yang benar.
Jadi, jelas bahwa adanya peringatan “jangan disesatkan” dan
“banyak pemurtadan” tidak menunjukkan adanya indikasi bahwa jemaat di
Tesalonika akan dapat tersesat dan murtad, tetapi sebaliknya mereka tetap aman
dalam proses keselamatannya.
b) Dalam Ibrani 3:12 Penulis kitab
ini memperingatkan supaya orang Ibrani jangan ada yang murtad. Pada ayat-ayat
berikutnya dinyatakan bahaya-bahaya dari murtad yang sampai puncaknya pada
Ibrani 6: 4-7.
Penulis kitab Ibrani memperingatkan “jangan murtad” kepada
orang Ibrani bukan karena mereka bisa murtad, tetapi UNTUK MENEGUHKAN
PENGHARAPAN MEREKA AKAN KESELAMATAN YANG SUDAH PASTI, DAN SUPAYA
IMAN MEREKA TERUS BERTUMBUH.
Ibrani 4: 9-12
Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami
berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu
yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. Sebab Allah bukan tidak
adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan
terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu
lakukan sampai sekarang.Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing
menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik
yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi
menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian
dalam apa yang dijanjikan Allah.
c) Ibrani 10: 26,35,38
Banyak orang begitu yakin dengan adanya ayat-ayat di atas, orang
Kristen benar-benar dapat murtad, melepaskan kepercayaanya.
Benarkah demikian?
Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan
diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup. (Ibrani
10: 39)
Lihat baik-baik ayat yang saya tebalkan dan besarkan di
atas! Firman Tuhan ini menegaskan bahwa adanya peringatan jangan murtad,
mengundurkan diri, tidak percaya dan sebagainya, bukan dimaksudkan
karena kita ada potensi melakukan seperti itu, tetapi untuk meneguhkan
kita bahwa kita sudah ada pada posisi yang benar. Dengan mengingatkan bahwa
orang-orang yang tidak berada pada posisi seperti kita akan binasa,
maka penulis Ibrani bermaksud supaya kita lebih banyak mengucapsyukur pada
Tuhan, semakin mengasihi Tuhan, dan semakin memperkuat iman kita.
Alasan lainnya:
Pada suatu sidang peremtoir (ujian calon pendeta) ada
seorang peserta bertanya kepada calon pendeta apakah keselamatan yang diterima
oleh orang percaya adalah keselamatan yang sudah pasti dan sempurna. Si calon
pendeta tersebut menjawab bahwa keselamatan itu belum pasti dan sempurna karena
kalau sudah pasti dan sempurna maka orang Kristen bisa hidup seenaknya. Jawaban
si calon pendeta ini dibenarkan oleh tim penguji maupun semua yang hadir dalam
sidang klasis tersebut!
Benarkah jawaban dari si calon pendeta tadi?
Sama seperti si calon pendeta, banyak orang Kristen juga
mempercayai bahwa natur orang yang sudah jadi Kristen (yang sudah dilahirkan
kembali) masih sama dengan natur orang yang belum Kristen (belum lahir baru)
yang hatinya masih dikuasi / diperbudak oleh dosa. Pendapat ini jelas
tidak Alkitabiah!!
Orang yang sudah jadi Kristen sejati ia pasti sudah
dilahirkan kembali, sudah diciptakan baru. Allah sudah mengganti hati yang
keras menjadi hati yang taat (Yeh 11: 19,20). Sekarang ia mempunyai kesukaan
yang baru yaitu merenungkan firman Tuhan dan menaatinya. Kecenderungannya
berubah 1800 dengan sebelum ia lahir baru. Kalau dia hidup dengan semau
gue maka Allah PASTI akan menegor dan menghajarnya sedemikian rupa sehingg ia
dapat taat kepada Tuhan (Ibrani 12: 6, Wahyu 3: 19)
Mendengar jawaban dari si calon pendeta tadi dan juga yang
dibenarkan oleh para pendeta dan jemaat yang hadir pada saat itu, timbul
pertanyaan di hati saya, apakah mereka sudah dilahirkan kembali atau belum?
Sebab kalau mereka sudah dilahirkan kembali pasti akan merasakan perubahan
hidup, dan tahu bahwa orang yang sudah lahir baru pasti tidak punya keinginan
untuk hidup seenaknya dan hidup menurut kehendaknya sendiri. Ia pasti rindu
untuk menyenangkan hati Tuhan dengan menaati-Nya.
Satu hal lagi, Augustinus, John Calvin, Spurgeon, R.A Torrey
dan tokoh-tokoh Kristen besar lainya adalah orang-orang mempercayai doktrin ini
dan mengajarkannya. Apakah mereka hidup dengan seenaknya?
Kesimpulan:
Kalau kita percaya bahwa orang Kristen sejati bisa murtad
atau kehilangan keselamatan atau tidak lagi mempunyai hidup kekal, maka kita
telah membuat Tuhan Yesus sebagai pembohong besar dan janji-janji-Nya tidak
bisa dipercaya. Ada banyak bagian Alkitab yang menjamin bahwa orang kristen
sejati / orang pilihan Allah akan dijaga dan dipelihara sampai
selama-lamanya di dalam kasih Tuhan.
Kalau orang Kristen (sejati) bisa kehilangan kesalamatan
maka kesalamatan / hidup kekal bukan lagi sebagai anugerah, tetapi sebagai
usaha orang percaya yaitu usaha untuk hidup sedemikian rupa sampai mereka tidak
murtad. INI bertentangan dengan Alkitab yang menyatakan bahwa hidup kekal dan
keselamatan seseorang adalah semata-mata anugerah, tidak ada andil dari orang percaya
sedikitpun. Kalau ada orang percaya bisa bertahan itu juga karena anugerah
Allah. Sekali lagi kalau bukan karena anugerah Allah, tidak ada
seorangpun yang selamat, apalagi mempertahankan keselamatan tersebut.
Pelajarilah semua kata “murtad” dalam Alkitab dan lihat arti
dari bahasa aslinya dan pelajarilah konteks di mana kata itu berada, maka
TIDAK ADA SATUPUN YANG MENGINDIKASIKAN BAHWA ORANG PILIHAN ALLAH BISA
KEHILANGAN KESELAMATANNYA.
Sekali selamat tetap selamat? Yes!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar